Banyak
yang berkata negeri ini melimpah akan kekayaan alam, termasuk pendapat yang
menyebut orang Indonesia dikenal ramah. Tapi nyatanya ada pula sebagian orang
yang kesal dengan bangsa ini utamanya pemerintah. Persoalan korupsi,
kesejahteraan yang timpang dan kinerja pemerintah yang minim kian menjadi permasalahan yang hangat dibicarakan oleh
masyarakat. Walaupun begitu kita patut bangga terhadap Indonesia. Terutama prestasi
anak bangsanya, pasti semua rakyat Indonesia tahu tentang beliau. Orang yang
sangat berjasa di bidang teknologi khususnya di bidang penerbangan yaitu BJ.
Habibie.
Saya ingin menulis tentang beliau untuk mengenal
lebih jauh sosok seorang BJ Habibie dan sumbangsihnya pada dunia penerbangan
Internasional. Bacharuddin Jusuf Habibie (lahir di Parepare, Sulawesi Selatan,
25 Juni 1936) adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Beliau
menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden Republik
Indonesia.
BJ.
Habibie adalah pemegang 46 hak paten di bidang aeronautika (Teknik Penerbangan).
Apa saja karya yang dibuat Bapak Teknologi Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie? Berikut beberapa diantaranya. Selepas lulus
dari Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan teknik
mesin, beliau melanjutkan studi teknik penerbangan dengan spesialisasi
konstruksi pesawat terbang di Universitas Teknologi Rhein Westfalen Aachen yang lebih dikenal
dengan RWTH Aachen.
Beliau
(BJ. Habibie) menerima diploma ingineur pada tahun 1960 dan doctor ingineur
lima tahun kemudian pada 1965 dengan predikat summa cum laude. Prestasi ini membuat beliau dipercaya menjadi
Kepala Departemen Riset dan Pengembangan Analisis Struktur di Hamburger
Flugzeugbau (HFB). Di HFB beliau menjadi sosok yang jenius. BJ. Habibie bisa
memecahkan persoalan kestabilan konstruksi bagian belakang pesawat Foker 28
dalam waktu 6 bulan.
Kemudian
beliau pernah menjabat sebagai Wakil Presiden BIdang Teknologi di Messerchmitt-Bolkow-Blohm (WBB), Hamburg –
Jerman. Sebelum menjabat wakil presiden di WBB, beliau sempat menjadi Kepala Penelitian
dan Pengembangan Analisis Struktur dan Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada
Industri Pesawat Terbang Komersil dan Militer di MBB. Kejeniusan seorang BJ.
Habibie terbukti lewat Teori Krack Progression (Solusi rambatan kerusakan konstruksi
pada badan pesawat karena fatigue atau fatik).
Fatigue adalah
kegagalan dibawah beban berulang. Memiliki tiga fase yaitu permulaan retak,
penyebaran retak, dan patah. Titik rawan fatigue
ini biasanya pada sambungan antara sayap dan badan pesawat atau antara
sayap dan dudukan mesin. Elemen inilah yang mengalami guncangan keras dan
terus-menerus, baik ketika lepas landas maupun mendarat. Akibatnya, terjadi
kelelahan logam yang akan menjadi awal
dari keretakan (krack) yang akan
terus memanjang. Beliau lah yang menemukan bagaimana rambatan titik krack (keretakan) itu bekerja sehingga
bisa mendapatkan solusinya.
Tidak hanya tentang Teori Krack Progression saja, BJ. Habibie merancang pesawat DO-31 yang bisa take off atau landing secara vertikal. Kemudian rancangan pesawat Donier DO-31 dibeli oleh NASA.
BJ. Habibie
juga terlibat dalam pembuatan pesawat Transport Allianz (Transall) C-130. Selain
itu juga terlibat dalam proyek desain dan konstruksi pesawat Hansa Jet 320,
Airbus A300, Cn-235. Bahkan, beliau terlibat dalam pembuatan N-250, sebuah
pesawat pertama didunia yang menerapkan system Fly-by-Wire.
Pada
saat di Messerchmitt-Bolkow-Blohm (WBB) lah BJ. Habibie menyusun semua rumusan
di bidang termodinamika, konstruksi ringan, aerodinamika, dan krack progression.
Paten dari semua temuan BJ. Habibie tersebut telah diakui dan dipakai oleh
dunia penerbangan internasioanal. Sehingga wajar jika beliau menjadi pemegang
46 paten dunia di bidang teknologi penerbangan.
Saya
ingin mengutip kata-kata dari Bapak Anies Baswedan “kita masih punya
banyak alasan untuk tetap optimis terhadap bangsa ini”. Apa lagi
setelah membaca artikel ini. semoga memberikan inspirasi kepada anak-anak
bangsa untuk terus berkarya dan memberikan yang terbaik untuk Indonesia yang
kita cintai.
“Jangan Pernah Putus Asa Mencintai Indonesia”